Sudah
sekian lama Rian dan Rianti menjalin suatu hubungan yang baik. Dengan rasa
pengertian dan kasih sayang kepadanya, hubungannya sudah menginjak 2 tahun.
Lambat laun, Rian dan Rianti pun meminang bahtera rumah tangga.
“Ian,
kamu mau ngomong apa? Kayaknya serius bangat!” Tanya Rianti
“Ini
loh dek.. Ah.. mm em..” jawabnya terbata bata
“Bang
Ian tuh kalau ngomong mulutnya jangan belepotan ding. Aaa.. jangan jangan abang
groginya ngeliat mukaku yang kece ini!”
“Hehe..
bisa aja kamu! Anti aku Cuma mau bilang, bahwa aku ingin menikahimu,” kata Rian
dengan perasaan yang sangat hati hati.
“Waduh!,
gimana ya…” jawab Rianti bingung.
“Loh,
kok bingung? Kita sudah kenal dekat, malah sudah punya ikatan pula. Kenapa
tidak?” dengan wajah meyakinkan
“Aku
nggak mau terburu buru, bang!” jawab Rianti lirih.
Sesaat Rianti pun kembali menlihat
masa lalunya, yang saat itu ibunya depresi gara gara ayahnya tewas. Akibat
kecelakaan beruntun. Dia pun bertekad bahwa jika ia mempunyai kekasih, jangan teralu
percaya akan cowok itu. Meski cowok itu telah meyakinkan hatinya untuk menjadi
pendqampung hidupnya.
“Bang,
Anti butuh waktu dulu untuk memikirkan gimana baiknya hubungan kita.” Perasaan
meyakinkan
“Yasudah,
kalau itu maunya dek Anti. Nggak apa apa!”
**
6 Bulan Kemudian
Rianti jatuh sakit gara gara jatuh
dari tangga 5 hari yang lalu. Dengan setia Rian mendampingi Rianti di masa
sakitnya. Dalam benaknya Rian, ingin sekali menikahi Rianti. Tapi apa daya, Rianti
pun belum memberikan jawabannya. Padahal, hubungan mereka sudah di restui oleh
kedua belah pihak keluarga masing masing. ‘apa mungkin, dia tidak mencintaiku?’
Tanya Rian dalam hatinya.
“Ah,
tapi aku nggak boleh berfikiran seperti itu!” celetuknya, yang membuat Rianti terbangun.
“Bang
Ian belum pulang juga?” Tanya Rianti
“Belum,
abang mau nemenin Anti di sini sampai sembuh!”
“Makasih
ya bang!”
3 hari pun telah berlalu. Rianti yang
kemarin terbaring lemah di tempat tidur, sudah kembali kerja di kantornya.
**
-Di kantor-
“Pagi
Rianti!” sapa OB kantor
“Pagi
mang Ujang! Oh ya, nanti anterin cokelat hangatnya ya!” pintanya.
“Oh
baik neng!”
Setibanya di ruang kantornya, ia di
sambut dengan tumpukan map map warna pelangi. Maklumlah, udah semunggu lebih
dia tidak masuk antor. Ya.. kalau ngandelin seketaris, kasihan juga. Ya nggak??
“Hufft..
mapnya banyak banget nih! Kerja ekstra nih!!” Tak lama kemudian Mang ujangpun
tiba dengan membawa secangkir cokelat hangat yang di pesannya.
**
-Jam Makan Siang-
Mobil Ferrari merah pun sudah ada di
pakiran, dan itu tandanya Rian datang untuk mengajak Rianti makan siang.
“Hai!”
sapa wanita yang langsung duduk di samping Rian
“You
have lunch?” Tanya Rian
“Heheh..
belum! Udah kita makan yuk!” ajak Rianti.
Mereka pun langsung meluncur di
restoran faforit mereka, yaitu Sepele (special pecel lelel). Selesai makan,
Rian pun kembali mengungkit masalah tentang pernikahannya. Namun lagi lagi,
Rianti menolaknya. Entah apa yang membuat Rianti menjadi seperti itu.
“Bang,
Anti untuk saat ini benar benar belum focus untuk masalah ini. Aku hanya ingin
focus dengan kariri di bidang property!” jelas Rianti
“Tapi
dek, kita udah lama berpacaran. Aku juga bahkan besabar tenatng masalah ini.
Menunggu kamu untuk jawaban yang pasti!” jelas Rian. Rianti terdiam.
“Dek,
aku mau nanya sesuatu. Kamu jawab yang jujur ya..”
“Emangnya,
bang Rian mau nanya apa?”
“Rianti,
kamu sebenarnya cinta nggak sih sama aku?” setelah mendengar itu, emosi Rianti
pun keluar.
“Bang,
kamu maunya apa sih?”
“Aku
Cuma mau jawaban ‘Iya’ dari mulur kamu!” melas Rian
“Tapi,
aku belum ada kepastian! Hubungan rumah tangga itu nggak main main, agar
kedepannya nanti nggak berhenti di tengah jalan!” jelas Rianti
“Tapi..
“Sudahlah,
aku masih cinta kok!”
Dalam
hati Rianti, perasaan mencintai Rian pun tak menyantol sama sekali di hatinya.
Meski ia sudah mencoba yang terbaik di depannya.
**
-Pulang Makan Siang-
“Dah..
Nanti sekitar jam 5 sore, jemput ya say… J!” rengek Rianti
“Hehehe..
iya sayang..”
Rianti pun balik ke meja kerjanya.
Mendadak ada meeting manager. Ketika sampai di ruang meeting tiba tiba..
Pandangan Rianti terpanah pada salah
satu anggota meeting yang semuanya GM dari perusahaan terkenal.
“Baik Pak, semua file saya akan kirim lewat e-mail!” Rianti”Oke! Saya tunggu!”
kata cowok yang terpanah olehnya.
Perasaan gugup tampak terlihat dari
wajah Rianti. Setelah semua selesai dari tumpukan map map, Rianti langsung
menuju ke parkiran kantornya, karena Rian telah menunggunya di parkiran.
Setelah sampai di rumah, Rianti
berpamitan pada Rian tanpa ngomong apapaun. Dalam benak Rian, ‘kenapa dia
seperti itu ya.. gak biasanya!’ bingung Rian.
**
-Kamar Rianti-
“aduh,
gue kesemsem sama Pak Jack!” tiba tiba kotak e-mailnya berbunyi. Dan ternyata
dari Pak ack.
Rianti filenya mana? Kok belum di kirim kirim?
Pesan
singkat e-mail Jack pun di baca Rianti. Spontan Rianti langsung jingkrak
jingkrak gembira.
“Gak
nyangka. Mr. kece ngirim e-mail” serus Rianti bahagia. Rianti membalasnya,
dengan mengirimkan sebuah file yang di minta Pak Jack. Mr. Kece, itulah sebutan
Rianti kepada cowok yang sedang di dambainya.
Tapi gimana dengan Rian ya?
**
Suatu hari, Rian pun mengajak Rianti
untuk pergi ke rumah orang tuanya. Spontan Rianti pun menolak ajakannya. Tapi
apalah daya ini, Rian hanya bisa mengelus dada atas sikap Rianti.
“Kamu
kenapa sih akhir akhir ini jadi seperti itu?” Tanya Rian
“Aku
nggak pa-pa kok. Cuma aku lagi nggak mau ngomongin pernikahan kita nanti!”
Tebak Rianti.
“Kok
kamu tau sih?”
“Ya
iyalah. Udahlah.. aku capek dan aku nggak mau mikirin masalah ini!” Rianti pun
langsung pergi meninggalkan Rian. Perasaan Rian pun hancur lebur. Dalam hatinya
bertanya Tanya, kenapa ya orang yang paling aku cintai dan aku sayangi berubah
total?
Sesaat terdengar azan isya. Rian pun
bergegas untuk solat berjama’ah di masjid. Da;am doanya, “Ya Allah.. Ya Tu hanku.. Kenapa Rianti kekasih hamba yang saya saya
kasihi dan hamba cintai mendadak berubah sikap? Hamba memohon pada Engkau Zat
yang Maha Sempurna untuk mengembalikan keadaan seperti dulu lagi. Aamiin ya
robbal alamin..”
Sesaat
sholat isya, BB Rian berbunyi, dan ternyata itu dari orang tuanya.
“Hallo
Umi. Assalamu’alaikum!” Rian
“Wa’alaikum
salam, Rian!” umi Syifa
“Ada
apa umi? Tumben nelfon!”
“Enggak!
Umi lagi kangen sama Rianti”
“Loh
kok Rianti yang di kangenin, bukan anaknya sendiri!?” marah Rian
“Hehe..
anak umi marah nih ye..” ledek umi Syifa
“Nggak
juga! Umi masak apa? Rian kangen masakan Umi!”
“Umi
masak sambal goreng. Kamu main dong ke rumah!, ajak Rianti juga!” Jawab Umi
Syifa. Perasaan Rian gelisah setelah mendengar perkataan uminya. Ya.. tau
sendiri kalau Rianti menolak ajakan Rian!.
“Hallo?
Rian kok sepi?” ucap Umi Syifa.
“Eh
iya Umi! Mungkin inyaallah ya Umi, soalnya kerjaan Rianti tuh banyak banget!”
dusat Rian
“Oh
gitu ya.. yasudah Umi mau bikin kopi buat tamu dulu ya.. ada tamu nih!” pinta
Umi. Setelah menutup telfon dari Uminya, Rian bergegas untuk pergi kerumah.
**
-Kamar Rianti-
Diam diam Rianti menyimpan Pin BB Mr.
Kece. Tanpa basa basi, ia mengirim BBM ke hp-nya Mr. Kece. Tak lama Mr. Kece
membalasnya.
To :BX1772P1(Rianti)
Kamu ini nggak sopan banget sih ngirim
ngirim kata kata kayak begitu. Emangnya aku masih bujangan apa? Anak saya lagi
sakit ini. Jangan ganggu SAYA!..
Terlihat
raut wajah Rianti yang sangat kecewa. Ia sadar, bahwa cinta dan perhatiannya
bertepuk sebelah tangan. Sejenak Rianti kebayang akan kekasihnya, Rian. Tanpa
berlama lama..
“Hallo..
bang Rian, Assalamu’alaikum!” sapa Rianti.
“Wa’alaikum salam! Tumben nelfon, ada
apa dek?”
“Kamu udah makan belum?” Tanya Rianti
“Belum! Kamu?”
“Sama . kita dinner yuk!” ajak Rianti
“Emm… ayok! Au jemput ya..”
“Aku tunggu!”
**
Kali
ini, mereka pergi ke restoran sea food 98, pinggir Pantai Ancol. Mereka pun
saling mencuri curi pandang saat itu
“Ih! Lihat lihat! Ada apa sih? Apa aku
kegantengan ya?!..” Pd Rian
“Hahaha… Iya, kamu ganteng. Gangguan
tenggorokan.” Canda Rianti. Rian pun berfikiran bahwa Rianti selama ini sudah berubah.
Tiba tiba..
“Heh! Jiahh… ngelamun!” sentak Rianti.
“Ish.. ngagetin aja! Udah pesan sana.
aku gurame krispi sama udang bakar madu. Minumnya es kelapa!” perintah Rian.
Seolah olah raja menyuruh dayang cantik.
“Yee.. nyuruh nyuruh!”
‘Kali kali dong sayang..” manja Rian
**
Setelah
dinner berlangsung. Air mata Rianti jatuh, satu demi satu. Dan iya pun
mengungkapkan perasaan saat ini pada Rian. Spontan Rian yang melihat bidadari
hatinya menangis, langsung mengusap air mata di pipi Rianti. Dan..
“Dek Anti kenapa?” Tanya Rian.
“A.. aku.. udah merasa bersalah sama
abang!” lirih Rianti/
“Oh.. itu! Iya aku ngerti. Tapi kenapa
sampai neangis kayak gitu?!’
“Selama ini aku menyimpan perasaan pada
orang lain!” celetuk Rianti. Rian yang saat itu berada duduk di sampingnya,
shock mendengarnya. Dengan raut muka yang kesal, kecewa, dan sedih.
“Apa!!? Jadi selama ini hubungan yang 2
tahun itu, kamu anggap apa!? Atau selama ini, kamu hanya mainin perasaan aku?!”
marah Rian
“Bang, aku mohon jangan marah dulu. Aku
bisa jelasin semuanya!” tangis Rianti.
“Gak usah kamu jelasin semua! Aku telah
bersabar dalam masalah pernikahan kita ke depan. Tapi ternyata, kamu malah
menganggap remeh masalah ini dengan alas an inilah,... itulah,..!” jelas Rian.
“Aku minta maaf bang! Memang selama ini
Rianti yang salah!”
“He!! Tau nggak?! Taid ba’da isya, Umi
Syifa nelfon. Dia nanyain kamu, dia bilang Umi kangen sama kamu!”
“Bang,, sudah! Jangan marah marah lagi!
Rianti janji minggu nanti, Rianti akan kerumah Umi Syifa.!” Rianti
“Aku masih nggak percaya, atas kelakuan
mu seperti itu! sakit hatiku,.! Asal kamu tau, kalau aku memang benar- bener
tulus mencintaimu!” kata Rian.
“Aku janji!”
Perasaan
amarah Rian pada Rianti pun hilang di tengah angin malam pinggir pantai. Mereka
pun memutuskan untuk pulang.
**
Esok harinya..
Rian
bergegas untuk pergi ke rumah Uminya di Bilangan Tanjung Priok. Karena ba’da
subuh ia mendapat kabar buruk dari kakaknya, bahwa Umi Syifa jatuh sakit.
Sesampainya di rumah Uminya.
“Rian! Kamu itu anak durhaka! Sampai
menengok kabar Umi pun kamu nggak sempat. Kemana aja kamu selama ini?!” marah
Kak Ibrar.
“Kok, kakak ngomong seperti itu! kemarin
aku sudah nelfon sama Umi!” alsan Rian.
“Terus.. Rianti mana? Masa calon menantu
Umi nggak datang. Nggak perhatian banget sih dia!”
“Kak jangan bawa bawa Rianti! Rian
sekarang bingung deh, kok Umi katanya sakit malah nggak kelihatan!” heran Rian.
“Cek aja di kamar Umi!” suruh Kak Ibrar.
Tiba
tiba ketika Rian membuka pintu kamar Umi Syifa..
“Surprise..!!” seru Rianti yang sudah
berada di kamar Umi Syifa.
“Selamat Ulang Tahun Rian..!” ucap Mesra
dari sang bunda. Raut wajah Rian makin di buat bingung akan kejutan ini. Dan ternyata
sekarang tanggal 12 Maret. Rian pun lupa, bahwa hari ini adalah hari jadinya
yang ke-23 tahun.
“Kok Rianti ada di sini?” Tanya Rian
heran
“Hehehe.. tadi kakak nelfon dia malam
malam untuk pergi ke rumah Umi sebelum kamu datang!” jelas Kak Ibrar.
“Lalu.. tadi kakak juga pura pura marah
sama aku ya?” Tanya Rian.
“Ya.. iyalah. Kan biar surpies, eh
maksudnya surprise.!” Canda Kak Ibrar. Tanpa basa basi Rian memeluk Rianti yang
saat itu sedang merangkul pundak Umi Syifa.
“Loh? Kok Rianti yang di peluk! Bukannya
Umi!” cegah Umi Syifa
“Kan Umi lagi sakit ni..” rengeknya.
“Umi kan Cuma pura pura sakit!” celetuk
Rian.
“Siapa
bilang Umi nggak sakit. Buktinya kaki Umi kamu injek, Rian!”
“Aduh
maaf Umi. Rian nggak sengaja! Tadi Rian lagi bingung, makanya ngga tau deh,
kalau kaki Umi ke injek sama Rian.” Jelas Rian
“Ya
udah.. makan dulu yuk. Kalian belum pada sarapan kan?” ajak Kak Ibrar.
“Iya,
Umi buatin nasi goreng Cinta!” seru Umi Syifa.
“Kok
namanya Nasi goreng Cinta?” Tanya Rianti heran
“Iya,
soalnya bikinnya pakai Cinta! Dan di makan untuk orang yang bercinta!” gombal
Umi Syifa.
“Hahaha…
UUmi nge- gombal! Kayak anak ABG 2013 aja!” kata Rian.
**
Rian dan Rianti bergegas pergi untuk
kembali ke kantornya. Namun, di tengah perjalanan menuju ke kantor. Mobil Ferrari
Rian menabrak salah satu pengguna sepeda motor. Dan naaf, Rian yang menabrak motor
tersebut pinsan dengan luka di kepalanya. Begitu pula pengemudi motor. Tak lama
dengan kejadian itu, Rianti segera memanggil ambulan. Sesampainya di rumah
sakit..
“Assalamu’alaikum
Umi! Hu.. huu..” tangis Rianti.
“Wa’alaikum
salam! Kamu kenapa? Kok nangis gitu!” Tanya Umi Syifa cemas.
“Ini
Umi.. Rrr rii aaan.. !” jawab Rianti terbata bata.
“Rian
kenapa? Ngomongnya pelan pelan dulu!”
“Tadi,
sepulang dari rumah Umi, kita dapat cobaan Umi!” jelas Rianti
“Cobaan
apa?” Tanya Umi makin penasaran
“Rian
kecelakaan Umi!” singkat Rianti dengan air mata yang melintas id pipinya.
“Innalilahi
wainalilahi rojiun..” ucap Umi Syifa
“Tadi
sebelum bang Rian pinsan, ia nabrak motor Umi!’ jelas Rianti.
“Ya
sudah, Umi ke rumah sakit sekarang! Tapi rumah sakit apa?” Tanya Umi.
“Rumah
sakit Meila Cibubur!” jawab Rinati
“Ya
tunggu Umi di sana ya.. Assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikum
salam!”
Tak lama kemudian, Dokter yang
menangani Rian dan korban tabrakan tersebut, keluar dari ruang UGD.
“Keluarga
dari pasien yang berama Rian!?” ucap Dokter tersebut
“Saya
dok! Gima keadaan pacar saya?” Tanya Rianti cemas.
“Anda
jangan cemas dulu! Kita bicaranya di ruangan saya saja ya..” ajak dokter.
Sesampainya
di ruangan Dokter
“Gimana
dok pacar saya?” Tanya Rianti dengan air matanya yang masih melintas di
pipinya.
“Pacar
anda mengalami pendarahan dan trauma yang cukup parah. Kemungkinan pacar anda
mengalami amnesia ringan!” jelas dokter.
“Apa
dok? Amnesia??!! Apa itu bisa di sembuhkan?” Tanya cemas Rianti.
“Penyakit
itu bisa di sembuhkan, dengan terapi jalan. Biasanya penyakit itu akan sembuh
100 persen setelah satu tahun kemudian!” jelas Dokter.
**
Setelah itu, tak lama kemudian, Umi
Syifa dan Kak Ibrar telah menunggu di kamar Rian. Dengan wajah lemas, Rianti
pun menceritakan semua yang terjadi. Tak kuasa menahan air maa yang sudah
membendung di kelopak matanya. Satu persatu butiran air mata Rianti jatuh
semakin deras. Dan menjelaskan kronologi peristiwa itu.
Hari demi hari di lalui Rianti dengan
air mata. Meratapi nasibnya Rian yang masih terbaring lemah di ruang ICU.
**
9 Bulan kemudian
Hari pun terus berlalu, menanti
kesembuhan Rian yang akhir akhir ini terus membaik. Dengan setia dan penuh
Cinta Rianti mendampingi Rian dengan sabar dan ikhlas.
Suatu ketika Rianti yang sedang duduk
di samping ranjang Rian, meratapi keaadan Rian. Lagi lagi air matanya mengalir
dari matanya yang cokelat.
‘Apakah ini sebuah cobaan dariku? Aku yang
selama ini tak peduli dengan dia, dan hanya memikirkan seseorang yang selama
ini aku kagumi yang sudah mempunyai anak!. Ya Allah, ampuni Aku yang telah
berdosa!’ ucapnya dengan penuh penyesalan
Hari ini wkatunya cek up ke dokter
untuk melakukan pemeriksaan dan terapi. Agar keingatan Rian kembali normal
seperti dulu.
**
“Rianti!
Ada kabar gembir untukmu!” ucap Dokter.
“Kabar
apa dok?” Tanya Riani penasaran
“Kondisi
Rian 80 persen sudah kembali pulis, mungkin kalau sering cek up dan terapi
seperti ini, dalam satu bulan keaadaan Rian kembali seperti sedia kala!” jelas
Dokter
“Alhamdulillah,
Ya Allah!” ucap Rianti gembira.
**
1 Bulan Kemudian.
“Pagi
sayang!” sapaan merdua Rianti.
“Hey!
Pagi! Sudah sarapan?” Tanya Rian
“Oh,
sure! Kamu?” Rianti Kepo
“Jiahh..
kepo nih!” jawab Rian
“Ih..
jawab dong!” sambil ngelitikin pinggang Rian.
“Hehhe..
sudah sudah geli nih!” tawa Rian. Rianti pun tersenyum bangga melihat senyuman
manis Rian. Apalagi tatapannya.. haduhh… Very sharp! *abaikan*
“Woy..
ngelamun. Ngelamunin siapa sih? Aa… ngelamunin bang Rian yang ganteng ini
ya..?” GR Rian
“Dih,
bisa aja!: ucap Rianti singkat
“Tau
lah! Maklum calon isteri bang Rian!” celetuk Rian. Seakan kembali mengungkit
masalah itu yang sudah lama tak di bahasnya lagi. Rianti hanya terpaku diam
mendengar omongan Rian.
“Kamu
kenapa? Mau nolak masalah ini lagi?” Tanya Rian
“A..
emmm.. nggak pa-pa kok! Gima ngomongnya nanti malam saja, sekalian dinner sama
Umi Syifa! Terus kak Ibrar di ajak. Aku udah kangen sama mereka!” gugup Rianti
sambil mencari cari alas an
“Oh
ya nggak pa-pa. Nanti aku kabarin Umi!” Rianpun tak segan dan langsung
mengiyakan permintaan Rianti
**
Malam hari pun tiba..
“Sudag
pesan dulu sana!” suruh kak Ibrar *korban iklan*
“Hahaha..
kayak iklan mie yang banyak ayamnya!” tawa Rian
“Maklumlah,
sekarangkan lagi demam yang begituan.” Ucap kak Ibrar
Setelah selesai makan, masalah itu di
bahas dengan baik baik. Perdebatan yang berlangsung sengit, tapi mereka
akhiornya menemukan titik terang. Secara perlahan masalahpun selesai.
“Hoahh..
selesai juga! Alhamdulillah..” ucap syukur Rian.
“Jadi
sekarang tinggal pelaksanaannya aja! Oh ya, bang! Aku lupa, rencananya mau
nengok Ibu dan Makam ayah!” pinta Rianti
“Oh
tentu! Nantio berangkatnya pagi pagi aja, biar gak macet!”
“Ya,
nggak apa apa!”
Merekapun akhirnya pulang kerumah
masing masing, Karena hari sudah gelap dan jarum jam sudah menjukan 22.15.
**
“Bu,
Rianti datang nih!” ucap Rianti pada Ibunya. Ibu Rianti pun mengerti akan
kehadirannnya. Dan langsung memeluk erat anaknya. Lagi dan lagi air mata Rianti
jatuh meratapi keadaan ibunya.
“Bu..
Ibu yang sehat ya! Ibu cepat sembuh! Rianti sayang bangat sama Ibu!” ucap
Rianti sambil meneteskan satu persatu air matanya. Ibunya hanya mengangguk
angguk. Tak lama, Rianti pun berpamitan pada ibunya dan berangkat ke makam
ayahnya
“Bu,
Rianti pamit dulu ya. Rianti mau pergi. Ibu restuin pernikahan Rianti nantinya
ya!” pamit Rianti pada Ibunya sambil meminta restu pada ibunya,
Lagi lagi, Ibunya hanya mengangguk
angguk kepalanya, dan memberikan senyuman tipis.
Sesampainya di makam ayahnya, terlihat
daun daun kering yang sudah menumpuki gundukan tanah kuburan ayahnya
“Assalamu’alaim
yah.. Rianti dan Rian datang nih!” sambil membersihkan daun daun yang mengotori
makam ayahnya. Setelah itu, Rianti dan Rian duduk di pusaran ayahnya. Sambil
melantunkan bacaan surat Yasin.
**
Hari ini H-2 menjelang pernikahan Rian
dan Rianti. Keluarga kedua belah pihak sibuk denan persiapan jelang akad nikah.
Ritual ritual adat di lakukan Rian dan Rianti secara berurutan sesuai dengan
adat Yogyakarta. Hari yang di tunggu tunggu pun tiba. Rianti sedang merias diri
agar penampilannya nanti tetap perfect. Hanya diam dan senyum senyum di depan
cermin.
Suara alunan gamelan pun dilantangkan,
tanda di mulainya acara akad nikah pagi itu. suasana yang amat teramat sakrar
pun makin kuat, ketika Rian mengucapkan ijab Kabul.
Entah aa yang membuatnya gerogi di
depan wali nikah. Sampai sampai mengucapkannya seperti kilat halilintar bah di
pagi hari. Dengan secara cepat dan lantang, ijab Kabul Rian di sahkan oleh para
wali dan hadirin yang menyaksikannya.
**
Siang harinya dilakukan acara resepsi
yang menyaksikannya. Para hadirin yang datang berbaris rapi untuk memberikan
selamat kepada kedua mempelai itu.
Tapi
tiba tiba..
Rianti tergeletak jatub tak berdaya
dengan darah yang mengalir di hidungnya. Semua orang kaget, tak terkecuali Rian
yang sekarang telah resmi menjadi suaminya. Tak lama ambulanpun datang, membawa
Rianti ke rumah sakit. Suasana resepsi pernikahannya menjadi kacau balau, akren
pingsannya Rianti.
**
-Rumah Sakit-
Rian yang terlihat dari tadi mondar
mandir dengan pakaian resepsi yang masih melekat di tubhnya, sangat cemas
dengan keadaan isterinya yang sedang di tangani di UGD. Dokter yang menangani
Rianti akhirnya keluar.
“Dok, gima keadaan istri saya?” Tanya Rian cemas
“Tenang
pak! Ngomongnya di ruangan saya saja ya,!”
Sesampainya di ruangan dokter
“Isteri
bapak mengalami kanker otak! Mungkin sebelumnya, isteri anda pernah mengalami benturan?”
jelas dokter.
“A..
apa dok? Kanker otak? Sudah stadium berapa?” Tanya Rian khawatir.
“Tenang
dulu! Isteri anda sudah level akut dan tidak lama lagi waktunya! Tapi jawab
pertanyaan saya dulu dong!”
“Ok.
Dulu dia pernah jatuh dari tangga!”
“Mungkin
itu sebabnya dan pikiran yang teralu banya dalam otaknya.”
**
Hari hari kritis Rianti di lewati di
lewati dengan air mata. Ia teringat akan keadaan ia dulu yang mengalami masa
kritis seperti itu.
Suatu ketika azal pun menjemput Rianti
dengan tenang. Duka yang sangat dalam di rasakan Rian. Padahal ia baru saja
resmi menjadi isterinya. Isak tangis mewarnai pemakaman Rianti. Seluruh keluarga
besarnya turut berkabung dalam duka cita ini.
Cr: Indah Tedianna